Kamis, 07 Agustus 2014

KAMPUNG WAEREBO - RUTENG
 
DIakses dari  dari catatan perjalanan Leonardus Nyoman, Martinus Anggo, dan hasil penelitian antropolog, Catherine Allerton.
Foto Crourtesy : Leonardus Nyoman
Letaknya tak terlihat dari keramaian dengan pegunungan hujan tropis dan lembah hijau yang mendekap hangat dusun ini. Adalah Wae Rebo, sebuah dusun yang menjadi satu-satunya tempat mempertahankan sisa arsitektur adat budaya Manggarai yang semakin hari semakin terancam ditinggalkan pengikutnya. Mengapa berbentuk kerucut dan dari mana asal muasalnya masih sebuah tanda tanya besar, kecuali secuil informasi dari tradisi penuturan masyarakatnya sendiri yang merupakan generasi ke-18.
Wae Rebo berada di Kabupaten Manggarai, tepatnya di Kecamatan Satarmese Barat, Desa Satar Lenda.  Di sini, satu desa dengan desa yang lainnya jauh terpisah lembah yang menganga di antara bukit-bukit yang berkerudung kabut di ujung pohonnya. Dusun Wae Rebo begitu terpencil sehingga warga desa di satu kecamatan masih banyak yang tak mengenal keberadaan dusun ini. Seperti Kampung Denge, desa terdekat ke Wae Rebo belum seutuhnya menjadi desa tetangga karena belum semua pernah ke Wae Rebo. Sementara warga Belanda, Perancis, Jerman, hingga Amerika dan beberapa negara Asia sudah sangat terperangah keindahan kampung yang rumahnya seperti payung berbahan daun lontar atau rumbia yang disebut mbaru niang.
Mbaru niang sudah punah sebelum memasuki awal tahun 70-an saat pemerintah mengkampanyekan perpindahan masyarakat pegunungan ke dataran rendah. Seorang antropolog, Catherine Allerton mengenang pembicaraannya dengan tu’a golo, pemimpin politik dan kepala kampung, juga tu’a gendang, kepala upacara adat. Warga Wae Rebo saat itu tak memutuskan meninggalkan dusunnya. Sudah generasi ke-18 hingga kini Wae Rebo bertahan dari seorang penghuni pertama dan pendiri Wae Rebo lebih dari 100 tahun lalu, Empo Maro.
Leluhur Wae Rebo, termasuk Empo Maro, mewariskan 7 buah rumah kerucut yang sangat menawan meskipun telah dimakan usia dan beberapa di antaranya telah rubuh dan belum dibina kembali. Sebuah yayasan dari Jakarta diberitakan telah memberikan bantuan pertanda kasih sayangnya pada keaslian Wae Rebo dengan mendirikan satu rumah yang sama bentuknya dan dinamakan Tirto Gena Ndorom, dimana Tirto adalah secuil kata dari nama yayasan donatur tadi.
Rumah yang disebut mbaru niang terdiri dari 5 tingkat yang semua ditutupi atap dan menjadi sebuah kerucut. Di tingkat pertama, lutur, atau tenda adalah tempat tinggal penghuninya. Di tingkat kedua, lobo, atau loteng ialah tempat menyimpan bahan makanan dan barang. Tingkat ketiga ialah lentar yang berfungsi menyimpan benih jagung dan tanaman untuk bercocok tanam lainnya. Tingkat keempat ialah lempa rae, yaitu tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang akan sangat berguna saat panen dirasa kurang berhasil. Sedangkan tingkat kelima, hekang kode, yaitu tempat menyimpan sesajian untuk para leluhur.
Di Wae Rebo, tidak seperti di dusun tradisional lain yang terkadang memiliki berbagai klan. Di sini hanya terdapat satu klan atau marga saja. Klan tersebut memiliki gendang pusaka di rumah gendang di tiang utamanya. Mereka memiliki pantangan untuk tidak makan satu binatang, yaitu musang. Dari penuturan tetua, leluhur mereka datang ke Wae Rebo dengan bertemankan seekor musang sehingga dipercayai bahwa musang adalah bagian dari leluhur mereka.
Berkembangnya penduduk Wae Rebo membuat keberadaan sebuah desa baru dirasakan harus dibina. Sebagian masyarakat Wae Rebo dibagi tempatnya dengan desa baru yang disebut Kombo. Tak banyak wisatawan mengetahuinya, walau Kombo dan Wae Rebo adalah masyarakat yang sama. Akan tetapi, karena lingkungannya dipertahankan sesuai aslinya, Wae Rebo seolah permata di atas lumpur. Kombo dipandang berbeda karena tidak berasal dari leluhur yang merintis keberadaan kampung itu.
Warga paruh baya dan anak-anak sekolah tinggal di Kombo, sedangkan orang tua dari para pria muda serta belasan tahun yang menginjak dewasa tinggal di Wae Rebo. Mereka semua memiliki kepercayaan yang sama. Katolik adalah agama yang dipeluk masyarakatnya, walau kepercayaan animisme masih kental terasa dalam kehidupan mereka.
Mereka yakin bahwa tanah atau hutan memiliki emosi dan perasaan. Sebelum bercocok tanam dan mencangkulnya, sebuah ritual harus dilakukan untuk meminta izin pada penunggunya. Bila tak berizin maka tanah akan menjerit dan merintih. Bercocok tanam pun harus rutin agar tanah tidak ‘menangis’ sedih. Warga Wae Rebo memandang tanah sebagai bagian dari mereka dan seperti manusia yang harus dihormati.
Di tengah dusun terdapat panggung batu yang dikisahkan telah dibina atas bantuan penunggu hutan yang berupa manusia gagah menawan yang mampu mengangkat batu besar dengan satu tangan. Masing-masing tangan dan kaki penunggu hutan ini memiliki jari berjumlah enam. Rambutnya dikisahkan sangat panjang dan parasnya cantik rupawan. Setelah panggung ini selesai, tarian caci digelar dan juga tabuhan gendang dilaksanakan (mbata).
Dari Ruteng, perjalanan dengan kendaraan selama 4 jam yang berkelok sehingga penumpang tak henti bergoyang. Sampailah di sebuah desa pesisir bernama Dintor. Jalan terus dilanjutkan menuju tanjakan ke pedalaman pulau menempuh pematang sawah dan jalan setapak di Sebu sebelum sampai di Denge. Dari Denge langkah terus dihentakkan melalui hutan kecil, melalui Sungai Wae Lomba. Setelah mengatur kerja paru-paru di sepanjang jalan setapak, dari Ponto Nao, terlihat pusat Wae Rebo, sebuah dusun yang mengepul asap dari kerucut-kerucut aneh yang berkumpul di sebuah lapang hijau. Itulah sisa-sia mbaru niang yang hampir punah.
Perjalanan panjang menuju dusun ini membuat masyarakatnya sedikit terasing dari peradaban, terutama pendidikan dan kesehatan. Seorang anak bahkan dewasa dirata-ratakan telah berjalan kaki selama 4 jam sekali keluar dari dusunnya dan kembali membawa sesuatu seberat 15 kilogram untuk dijadikan bahan makanan cadangan karena terbatas sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan. Dalam satu tahun, diperhitungkan seorang anak akan membawa barang dengan total berat hingga 2 ton.
Tiba di dusun ini, sambutan hangat adalah sebuah keniscayaan. Ubi, talas, dan jagung akan disajikan termasuk daging ayam. Menginap di sana seperti sebuah mimpi berhari-hari. Ada kesan khusus dan tak akan tergantikan oleh perjalanan apapun, karena memang hanya satu kali pengalaman ini terjadi di Wae Rebo. Di sini semua berawal, dan akan terus berlanjut sebagai tanah tumpah darah warga Wae Rebo yang disebutkan dalam bahasa daerah sebagai Neka hemong kuni agu kalo.




Minggu, 11 Mei 2014

LITURGI RETRET PELAYAN PAR JEMAAT GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR (GMIT) SYALOOM ENDE TAMAN NASIONAL PEMANDIAN AIR PANAS SOA – BAJAWA – FLORES 15 MEY 2014





LITURGI RETRET PELAYAN PAR JEMAAT GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR 
(GMIT) SYALOOM ENDE
TAMAN NASIONAL PEMANDIAN AIR PANAS SOA – BAJAWA – FLORES
15 MEY 2014


1.   Pembukaan
-     Pengantar (oleh petugas) : teman – teman pelayan PAR yang dikasihi Tuhan  Yesus, Syukur kepada Allah karena atas Kasih setiaNya kita masih dapat menjalai kehidupan ini teristimewa kita diperkanankan untuk mengkuiti kegiatan ret-ret pelayan PAR. Teman-teman pelayan PAR, retret dalam bahasa inggris ret-reat : mundur dalam bahasa indonesia. Kata mundur (ret-reat) jika dikaitkan dengan kegiatan ini bermakna : sejenak mundur dari aktifitas rutin dalam hidup dan masuk pada refleksi, evaluasi dari setiap episode hidup yang sudah terlewati. Retret bukan untuk melihat kegagalan atau keberhasilan saja tapi kedua-duanya. Maksudnya adalah setelah ret-ret (mundur) kita dapat melangkah kembali dengan mantap. Keheningan dapat membantu anda untuk masuk dalam refleksi dan evaluasi berhenti dari kesibukan anda dan berkonsentrasilah. Berdiam diri sejenak dan paikalah waktu ini sebaik-baiknya (ada waktu untuk berdiam diri ada waktu untuk berbicara, pengkotbah, 3:7b. Antony D. Mello, sj dalam bukunya sejenak bijak, berkisah murid dan sang guru,, (murid : “apa ada yang dapat kulakukan pribadi untuk mendapatkan terang budi ?”. sang guru : “sedikit sama seperti yang dapat kaulakukan supaya matahari terbit di waktu pagi.” Murid : lalu apa guna latihan-latihan rohani ini dilakukan?”. Sang Guru : untuk memastikan bahwa engkau tidak tertidur apabila matahari mulai terbit.”[1] Apa yang kita lakukan dalam hidup ini tidaklah berjalan sempurna. Kita bisa menyerah, putus asa dan merasa semuanya sia-sia. Sebelum anda bosan, jenuh lalu pergi meninggalkan semuanya mari mundur sejenak, ada yang bisa diperbaiki mari diperbaiki. Jika anda merasa semuanya yang dilakukan sia-sia atau bahkan anda bangga karena merasa telah sempurna ketahuliah bahwa anda sedang tertidur.
Marilah mempersiapkan diri dan batin kita untuk masuk dalam kegiatan ini.
-     Pujian dan Doa
Petugas : Teman – teman pelayan PAR mari kita hening sejenak. Pusatkan perhatianmu pada pernafasan : (lakukan menghirup-hembus nafas selama 5 menit). Teman-teman “udara yang anda hirup itu Tuhan, anda menghirup Tuhan dan menghembuskanNya”[2] (diiring musik instrument).
Kita pejamkan mata sembari kita menyadari dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Mintalah pengampunan kepada Tuhan. Kita melagukan bersama pujian kj 29 “Selidiki aku
Selidiki aku, lihat hatiku,Apakah ku sungguh mengasihiMu Yesus
Kau yang Maha tahu, Dan menilai hidupku, Tak ada yang tersembunyi bagiMu
Reff : T’lah kulihat kebaikanMu, Yang tak pernah habis dihidupku,
Kuberjuang sampai akhirnya, Kau dapati aku tetap setia

-      Doa : oleh seorang pelayan PAR




2.    Refleksi, shering, diskusi
Berikut ini terdapat tiga cerita yang diangkat menjadi contoh kasus sebagai bahan refleksi yang nantinya akan disheringkan.
Perintah : anda diminta untuk membaca dengan teliti (bila perlu baca sampai 2 atau 3 kali) tiga cerita dibawah ini, setelah selesai membaca ambilah sikap hening, fokuskan pikiran anda pada tiga cerita tersebut, bawalah cerita tersebut ke dalam pikiran anda kemudian sesuaikan dengan kehidupan pelayanan anda. Anda tidak diperkenankan untuk saling bertanya-jawab dengan siapapun. Setelah itu silahkan anda menuliskan jawaban dari beberapa pertanyaan yang ada.
1.     Karena memiliki cukup banyak waktu Samuel melibatkan diri menjadi pelayan PAR. Kesibukannya di tempat kerja semakin bertambah alhasil Samuel mengambil keputusan untuk meninggalkan pelayanannya sebagai pelayan PAR karena sudah tidak mampu membagi waktu. Kesibukan di tempat kerja, urusan rumah tangga, dll sudah sangat menyita banyak waktu. Pilihannya untuk meninggalkan pelayanan cukup rasional. Baginya Keharmonisan keluarga, pekerjaan adalah penting dan bagian dari pelayanan”.
2.    Ester adalah seorang ibu rumah tangga, setiap hari ia harus mengurus aktifitas rumah tangga. Berhadapan dengan 10 orang anak yang memiliki sifat, karakter serta perilaku yang beragam dari anak yang baik, cukup baik, nakal, dll. Untuk menopang kebutuhan rumah tangga dia menjadi pembantu rumah tangga disalah satu keluarga kaya. Suami ibu Ester lumpuh karena kecelakaan ditempat kerja, membuatnya tidak mampu bekerja. Ditengah kesibukannya yang super padat ibu ester sangat setia menjadi pelayan PAR. Sudah banyak yang mengusul agar dia berhenti menjadi pelayan PAR agar lebih fokus mengurus pekerjaannya terutama keluarganya, dan bisa bersantai. Prisipnya adalah “Satu Jam Bersama Anak-Anak Sekolah Minggu Adalah Waktu Dimana Allah Menghibur Dan Menguatkanku sehingga aku kuat dan mampu berada pada 23 Jam yang akan dipakai untuk aktifitas lainnya
3.    Lain Samuel, lain Ibu Ester lain pula Si Okto, pelayan PAR yang satu ini punya pendapat bahwa pelayanan itu “jika ada”. Jika ada rasa panggilan Tuhan untuk melayani yah.. melayani, jika ada waktu melayani yah... melayani... tidak ada waktu ya istirahat tapi saya tetap pelayan PAR.[3]
Refleksikan dalam diri anda sendiri dan jawablah pertanyaan di bawah ini :
-      Buatlah perbandingan dari ketiga cerita diatas !
Jawab :..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
-      Dari ketiga cerita di atas apakah ada kemiripan dengan diri dan model pelayananan anda ? jika ada pada kasus yang mana samuel, ester, okto ? jika tidak ada tolong tuliskan kasus anda sendiri.
Jawab :..................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

 “hadiah ini untuk guru sekolah minggu ku”
Ada seorang anak sebut saja namanya Hendri, terlahir sebagai anak orang kaya membuatnya hidup tanpa kekurangan. Hendri sangat rajin sekolah minggu baginya sekolah minggu adalah tempat yang menarik. Orangtuanya super sibuk, hendri menghabiskan hari-harinya bersama pengasuh. Hendri sangat mengagumi guru sekolah minggunya yang bernama Adell, bernyanyi, cerita, dan berdoa didapatnya dari sang guru. Suatu hari Hendri baru saja mendengar cerita tentang Yunus di perut ikan dan hari itu juga adalah hari ulang tahun serta menjadi cerita terkahir yang dibawakan Adell karena ia berencana untuk berhenti menjadi guru Sekolah minggu karena merasa pelayanannya tidak berhasil. Jam Sekolah minggu selesai, namun hendri tidak lekas pulang ke rumah. Begitu tertariknya pada cerita itu dia mengeksprisikan kembali cerita tersebut dengan menggambar setiap episode cerita Yunus ditiap anak tangga gedung gereja (kebutulan gedung gereja mereka berlatai dua, dan dilantai dua tersebut dijadikan tempat sekolah minggu). Karena keasyikan menggambar Hendri terjatuh singkat cerita Hendri Meninggal karena pendarahan hebat. Hal yang paling mengharukan adalah diakhir episode cerita Nabi Yunus yang digambar tertera sebuah kalimat “terimakasih untuk Nabi Yunusnya, semoga papa, mama, guru sekolah  minggu tidak ditelan ikan seperti Yunus, selamat Ulang Tahun, gambar ini hadiah untuk mu” hari itu adalah hari ulang tahun sang guru. Kejadian ini membuat sang guru sadar membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri.[4]
===Refleksi Pribadi===
-      Apa pesan dan kesan anda dari cerita di atas ?
Jawab: ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
-      Pernahkan anda berniat untuk mundur dalam menjadi pelayan PAR, mengapa ? serta mengapa pula anda membatalkan niat anda untuk mundur ?
Jawab: ............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
-      Apa suka duka anda dalam menjadi pelayan PAR ?
Jawab :.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
-      Masih bersedia menjadi pelayan PAR ?, Sampai kapan ?
Jawab :......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Diskusi dan shering kelompok (saling bertukar jawaban)

Melagukan bersama  pujian “Tiada Lelah Bekerja Diladangnya Tuhan”
Tiada lelah bekerja diladangnnya Tuhan
Roh kudus yang membri kekuatan, yang mengajar dan menopang
Tiada lelah bekerja bersamaMu Tuhan, yang selalu mecukupkan atas segalannya
Reff:  Ratakan tanah bergelombang, timbunlah tanah yang berlubang,
menjadi siap dibangun ditas dasar iman (2X)

DOA : (Petugas : marilah kita berdoa secara bersama-sama)
Yesus sahabat anak-anak, kami bersyukur karena Engkau memanggil dan melayakan kami menjadi hambaMU untuk menjadi pelayan PAR. Berilah kami kemampuan untuk menjadi pelayanMu, kuat kami dan mampukan kami. Dalam nama Yesus, Amin.





3.    Penutup
Petugas : “memasukan kayu yang masih lembab kedalam tungku api yang mulai menyala, kemungkinan besar api itu akan padam. Namun, saat apinya sudah berkobar-kobar, kayu yang masih lembabpun akan sambarnya. Orang yang biasa bermenditasi, retret menjaga tungku api dihatinya senantiasa berkobar-kobar. Bagi orang semacan ini, renungan atau khotbah  yang sederhana dam membosankanpun bukan jadi masalah: “kayu yang lembab itu” akan dibakarnya dan membuat hatinya kita berkobar.[5]
Teman-teman pelayan PAR yang terkasih kita akan mengakhiri kegiatan kita saat ini. Namun ini bukanlah akhir dari tugas dan pelayanan kita, namun sebaliknya ini saatnya kita kembali melangkah untuk sebuah pekerjaan yang telah kita kerjakan. marilah kita saling bergandengan tangan untuk sebuah pelayanan yang lebih baik. Semoga Tuhan menolong kita.

Pujian Penutup : Lagukan Bersama : Saya Mau Ikut Yesus.
Saya mau ikut Yesus, saya mau ikut Yesus sampai selama-lamanya
Meskipun saya susah, menderita dalam dunia
Saya mau ikut Yesus, sampai selama-lamanya. (2X)

Doa : oleh seorang pelayan PAR






Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini,
itu berarti bekerja memberi buah (filipi, 3:22)R IP


[1] Anthony de mello sj, Sejenak Bijak, Yogyakarta : Kanisius, 1987, hal. 25
[2] Anthony de mello sj, sadhana, Yogyakarta : Kanisius, 1980, hal. 9

[3] http://isrelgavriel342.blogspot.comkaryadedibwiliamsmone
[5] Arie Saptaji, “Daya Hidup Terbesar” Jakarta : Obor, 2007, hal.207.